Surabaya, InfoPublik - Upacara serah terima tiga pusaka Ponorogo sebelum dikirab dari area makam Batoro Katong menjadi momen menarik tersendiri.
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko,
memerankan KRMA Mertonegoro selama prosesi pemberangkatan Tombak Kyai
Tunggul Naga, Angkin Cinde Puspita, dan Payung Kyai Songsong Tunggul
Wulung.
KRMA Mertonegoro adalah bupati pertama Kota Tengah yang menjabat selama 17 tahun (1837-1854).
Upacara lung tinampen (serah terima pusaka) di area makam Batoro Katong berlangsung dengan bahasa Jawa Krama khas Ponorogo.
Peserta upacara juga mengenakan busana kebesaran Ponoragan. Tanpa kecuali, para pejabat yang akan ikut kirab naik kereta kuda.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo, Judha Slamet
Sarwo Edi, Selasa (18/7/2023), upacara serah terima pusaka itu sedapat
mungkin menggambarkan saat perpindahan pusat pemerintahan dari Kota
Wetan ke Kota Tengah pada 186 tahun silam.
Ada peran Patih Sasrakusuma yang
memimpin bregada (regu pasukan) terdiri dari kades dan sekdes
se-Kecamatan Jenangan yang ikut mengawal boyongan. “Prosesinya dari
tahun ke tahun seperti itu,” kata Judha.
Menilik sejarah, Mertonegoro memegang peran sentral dalam perpindahan pusat pemerintahan ke Kota Tengah.
Dia mempertimbangkan faktor geografis
karena wilayah Kelurahan Mangkujayan berada di jalur perdagangan antar
wilayah dengan Kadipaten Pacitan, Kadipaten Wonogiri, Kadipaten Madiun,
Magetan, dan Kadipaten Trenggalek.
Mertonegoro membuat jalan lingkar kota
dengan menanam perindang pohon asem. Di setiap perempatan juga dibangun
gardu pengamanan yang disebut gerdon.
Selain itu, dia memprakarsai pembangunan
sejumlah pasar, masjid, rumah dinas bupati, paseban, penjara, dan rumah
sakit.(MC Diskominfo Prov Jatim/ida-why/toeb)